Minggu, 01 Desember 2013

Jenis Burung Langka


burungintJampok, Burujuek Bale dan  Got-Got Langka di Aceh
BURUNG Juga salah satu makhluk hidup diciptakan Allah, untuk kehiasan dunia dan dapat dimanfaatkan dan bermanfaat. Karena kehadiran binatang itu banyak sekali manfaatnya bagi manusia, seperti got-got bisa dijadikan untuk obat patah dan terkilir setelah disembelih jadi “Minyeuk got-got”. Demikian Ibrahim Achmad pemerhati satwa yang perlu dilindungi di Aceh.
Perintis sebuah Organisasi Pers di Aceh, yakni Persatuan Wartawan Aceh (PWA) kepada Wartawan “ANP” Selasa (3/7),  sangat menyayangkan atas kehilangan sejumlah jenis burung sawah dan hidup di penggunungan di Aceh. Binatang tersebut punah akibat ulah manusia yang menangkap, lalu menjual dengan harga lumayan dan pemusnahan itu dijadikan sebagai objek. Hal itu akibat hukum dan Undang-Undang perlindungan yang tidak tegas, jangankan satwa langka di Aceh atau Indonesia, perlindungan manusia saja tak jelas payung hukumnya.
Padahal, tambah ayah dua anak itu, keberadaan burung sangat bermanfaat bagi manusia, disebabkan dengan ada berbagai jenis burung dapat menghilangkan hama ulat. Karana pada umumnya burung memakan ulat di daun kayu dan tanaman. Namun, sangat sayang  beberapa jenis burung di Aceh kini telah langka dan bahkan samasekali tak pernah terdengar suaranya lagi.
Sekitar tahun 1970-an, beberpa jenis burung berkicau bersahutan bertasbih menyambut pagi menjelang mata hari terbit sekitar pukul 5.30 WIB, namun kini tak terdengar lagi. Seperti burung murai (Cicie). Selain cicie  sebelumnya sering terlihat di daerah pemukiman penduduk adalah, Burujuek Bale (Recok Rawa), Got-got Panyang Iku,   beo (tiong), belibis (ara),  Balam (Leuk), Cempala Kuneng (Rampukeu), perkutut (meureubok)  kini tak terdengar  suaranya.
Menurut Ibrahim yang lebih dikenal dengan sebutan Abu Beurahim, jenis burung inilah dulu yang sering terdengar di daerah desa berkicau bersahutan. Semua jenis ini selalu terlihat dalam lingkungan warga, malah Burujuek Bale, tiong sangat disayang warga, karena burung ini bisa berbicara sebagaimana anak manusia meskipun tak jelas.
Bahkan, kalau burujuek Bale dan Tiong  bisa mengucap “Assalamualaikum saja dan berbicara Bapak ka geujak,”  kata Abu Beurahim, harganya puluhan juta bahkan ratusan juta, lebih mahal dari harga kerbau. Kelangkaan burung itu di berbagai daerah , akibat ulah manusia yang terus memburu untuk dijual kepada peminat burung dengan harga tinggi. Apalagi seperti burujuek bale dan beo harganya puluhan juta dijual kepada para pejabat tinggi. Ekses dari langkanya burung, berbagai jenis hama juga makin menghantui penduduk, seperti hama ulat yang tidak ada pemangsanya lagi.
Demikian juga jenis burung “Got-got panyang iku”. Unggas ini sangat disukai dukun, karena burung ini minyaknya bisa digunakan untuk obat terkilir yang disebut dengan “Minyeuk got-got”. Bahkan bagi warga Aceh, burung ini ada diramu menjadi pantun oleh pujangga Aceh. Dengan pantunnya adalah: Got-got panyang iku, geulungku panyang mata. Jipo jioh-jioh, jipiyoh gampong jawa.
Gampong Jawa pihka tutong, bloe bakong bak keurija, keurija hana jadeh lintoweh hana meuhoka. Pakon jiweeh Teungku Linto jeulameele han ekjiba:
Nah, pantun ini kalau dikaji dengan jeli sungguh cukup bermakna dan mengandung politik orang Aceh Zaman doeloe yang memprotes dengan hasil Aceh yang banyak diangkut ke Jawa.
Bukan hanya itu yang ada sejarah penting bagi orang Aceh, tambah Abu Beurahim, tapi juga jenis burung hantu yang dalam bahasa Aceh disebut “JAMPOK”. Binatang Jampok itu memiliki sejarah penting bagi orang Aceh yang perlu dipedomani, karena Jampok merupakan binatang yang suka memuji-muji dirinya dan anaknya. Maka, sangat penting dengan burung Jampok, malah banyak orang yang menggunakan perinsip Jampok.

Burung Ocehan Indonesia yang Mulai Langka

Pertumbuhan para pecinta burung kicauan di Indonesia ironisnya tidak dibarengi dengan peningkatan pelestarian mengenai burung-burung kicauan tersebut. Yang terjadi, banyak pihak-pihak yang tak bertanggung jawab melakukan perburuan di hutan demi untuk memperoleh keuntungan sepihak tanpa memikirkan kelangsungan habibatnya. Alhasil, dewasa ini beberapa burung kicauan mengalami kelangkaan bahkan bisa dibilang sudah mulai punah. Jika hal ini tidak diperhatikan dan tidak ditindaklanjuti bukan tak mungkin beberapa tahun ke depan kita hanya akan dapat mendengar kicauan-kicauan merdu burung tersebut hanya dalam bentuk MP3 saja tanpa melihat langsung burung itu berkicau. Di bawah ini merupakan beberapa jenis burung ocehan (kicauan) di Indonesia yang sudah mulai mengalami kelangkaan baik dari segi jumlah maupun jenisnya :

1. Jalak Bali



Burung yang dijadikan maskot provinsi Bali ini memiliki ciri-ciri : bulu yang berwarna putih di sekujur tubuh, diselingi warna hitam pada ujung sayap dan ekornya, adanya semacam lingkaran berwarna biru mengelilingi mata. Kelangkaan yang terjadi pada burung pengkicau ini menyebabkan menjadi salah satu satwa liar yang dilindungi Undang-undang. Saat ini burung Jalak Bali ditaksir hanya tersisa belasan ekor saja di alam liar dan beberapa ekor terdapat dalam penangkaran di salah satu kebun binatang di provinsi Bali.

2. Cenderawasih Merah



Oleh IUCN (International Union for Conservation of Natur and Natural Resources) burung ini masuk dalam kategori burung langkah dan terancam punah habitatnya di Indonesia. Burung yang hanya bisa ditemukan di dataran rendah daerah Irian Jaya Barat ini memiliki ciri-ciri : ukuran tubuh yang lumayan besar, warna bulu agak kecoklatan dan varian merah di bawahnya, di sekitar leher berwarna hijau tua.

3. Cucak Rawa



Burung pengicau yang banyak ditemukan di daerah Jawa, Sumatra, Kalimantan ini juga mulai kelangkaan akan habitatnya. Ciri khas akan suaranya serta adanya bentuk bulu timbul (Semacam mahkota) di kepalanya menjadikan keunikan tersendiri bagi burung yang memiliki nama ilmiah Pycnonotus zeylanicus. Merupakan salah satu jenis burung yang banyak digemari pecinta burung di tanah air.

4. Siskin Merah/Red Siskin



Keidentikan warna merah pada burung pengkicau jenis kenari satu ini menjadikannya di pasaran masuk dalam kategori ‘burung mahal’. Selain itu suaranya yang berbeda pada jenis kenari pada umumnya membuat permintaan terhadap burung ini naik. Sayangnya, saat ini burung Siskin Merah sudah payah dijumpai dan karena hal itu banyak di pasaran pedagang-pedagang burung ‘nakal’ menjual jenis Red Siskin palsu dengan memakai zat pigmen sintetis buatan.

5. Gelatik



Ukuran burung ini memiliki panjang sekitar 10 cm, biasa sering ditemui di pelataran sawah. Habitat burung Gelatik sendiri di alam liar mulai langkah, bisa dilihat pada daerah persawahan yang saat ini sudah jarang ditemui burung Gelatik. Untuk populasi burung Gelatik paling banyak terdapat pada daerah jawa namun karena perdagangan liar serta tidak adanya penangkaran terhadap burung ini, di jawa sendiri populasi burung Gelatik sudah tidak banyak.

Di atas hanya sebagian kecil pemaparan mengenai beberapa burung ocehan yang mengalami kelangkaan. Fenomena kelangkaan terhadap burung ocehan/kicauan rasanya akan semakin menyebar ke jenis-jenis yang lain yang banyak disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri. Sesama pecinta burung ada baiknya kita sama-sama menjaga kelestarian habitat burung ocehan di hutan tanpa melakukan pemburuan liar, perusakan lingkungan hijau, perdagangan ilegal. Akan lebih baik jika masing-masing pribadi memulai inisiatif untuk membuat penangkaran burung ocehan masing-masing, dengan begitu, populasi burung ocehan tetap terjaga. Karena bagaimanapun juga mendengarkan kicauan merdu burung ocehan bisa menjadi alternatif cara untuk menentramkan jiwa. Mudah-mudahan artikel yang singkat ini dapat memberikan pengajaran kepada kita semua :)
Om Kicau sempat buka wikipedia, dan menemukan informasi mengenai burung langka tersebut. Ya, namanya houbara (Chlamydotis undulata), burung dari keluarga bustard (Otididae), yang memiliki kemiripan dengan burung puyuh, namun posturnya hampir seukuran kalkun.
Burung houbara bustard
Burung houbara bustard (Chlamydotis undulata).
Panjang tubuhnya (dari kepala hingga pangkal tumbuhnya bulu ekor) sekitar 55 – 65 cm. Jika kedua sayap dibentangkan, panjangnya bisa mencapai 135 – 170 cm. Bulu ekor lumayan panjang, di mana burung jantan sekitar 74 dan betina lebih pendek (66 cm). Bobot burung jantan 1,15 – 2,4 kg, sedangkan betina 1 – 1,7 kg. Warna tubuh bagian atas cokelat, dan tubuh bagian bawah putih, dengan strip hitam di bagian bawah-samping lehernya.
Burung ini memiliki wilayah persebaran cukup luas, mulai dari Kepulauan Canary, Afrika Utara, Iran, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, India, Pakistan, Kazakhstan, dan China. Mereka berkembang biak di gurun dan daerah berpasir yang sangat kering.

Embrio burung langka disuntikkan ke telur ayam, dierami, dan menetas


Para peneliti di Pusat Laboratorium Penelitian Veteriner, Dubai, Uni Emirat Arab, berhasil menginjeksi embrio houbara bustard, salah satu spesies burung langka, ke dalam telur ayam. Telur ini kemudian dierami induk ayam, dan menetas. Piyik yang menetas tentu saja bukan anak ayam, melainkan tetap anak burung houbara. Wah, kalau metode ini bisa diaplikasikan di Indonesia, tentu banyak spesies burung dilindungi yang bisa terselamatkan.
penelitian burung langka
Piyik burung houbara menetas dari cangkang telur ayam.
Sejauh ini, seperti dilansir News Softpedia, Jumat (30/8) kemarin, anakan burung houbara ini dalam kondisi sehat dan tidak sedikit pun terpengaruh keadaan dirinya yang menetas dari cangkang unggas lain (dalam hal ini ayam). Para peneliti menegaskan, apa yang dilakukan ini untuk membuktikan apakah spesies burung langka bisa diselamatkan dengan cara menetaskannya melalui media telur dari spesies unggas lainnya.
Sempat berontak saat dievakuasi
Saat proses evakuasi, tiga ekor kakaktua memberontak dan bersuara keras. Akhirnya petugas BKSDA menangkapnya dengan bantuan jaring, dan memasukkannya dalam dua kandang. Dua ekor kakatua jambul kuning dimasukkan ke kandang yang sama, adapun seekor kakatua jambul jingga dimasukkan dalam kandang terpisah.
Kakatua jambul kuning
Kakatua jambul kuning dan jingga dimasukkan ke kandang berbeda.

Salut untuk Pak Gub Jateng: Empat burung langka di rumah dinas dilepasliarka


Apa yang dilakukan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo layak diteladani. Atas inisiatifnya sendiri, dia meminta Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah untuk mengambil 4 burung langka yang selama 11 tahun berada di Puri Gedeh (rumah dinas gubernur), Jalan Gubernur Budiono, Gajahmungkur, Semarang. Burung dilindungi itu berasal dari NTT (2002), pada masa kepemimpinan Gubernur Mardiyanto, dan tetap berada di Puri Gedeh saat provinsi ini dipimpin Ali Mufiz dan Bibit Waluyo.
kakatua jambul kuning
Kakatua jambul kuning yellow-crested cockatoo (Cacatua sulphurea)
—-
Kepala BKSDA Jawa Tengah Chrystanto mengakui, pengambilan keempat ekor burung langka di Puri Gedeh ini berdasarkan usulan Ganjar Pranowo, dalam rangka Hari Puspa dan Satwa yang diperingati Rabu (6/11) kemarin.
Keempat burung langka itu terdiri atas dua ekor kakatua jambul kuning / yellow-crested cockatoo (Cacatua sulphurea), seekor kakatua jambul jingga / citron-crested cockatoo (Cacatua sulphurea citrinocristata), dan seekor burung kasuari (Casuarius casuarius), yang semuanya termasuk dalam daftar burung dilindungi di Indonesia.
kakatua jambul jingga
Kakatua jambul jingga (Cacatua sulphurea citrinocristata)
—-
“Semua burung dalam kondisi baik, terpelihara, dan kecukupan (pakan). Namun, lebih baik memang dilepaskan ke habitatnya atau diserahkan ke lembaga konservasi. Inisiatif Pak Gub bagus sekali,” kata Chrystanto.
Ganjar Pranowo
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo
Ganjar Pranowo mengatakan, inisiatif untuk menyerahkan burung langka ke BKSDA bermula saat lari pagi bersama keponakannya beberapa hari lalu. Saat itu ia mendengar suara burung yang sepertinya tidak bebas dan tersiksa.
“Saya langsung bilang ke BLH (Badan Lingkungan Hidup) Provinsi, rumit nggak sih prosedur untuk melepasliarkan mereka ke habitatnya,” kata Ganjar Pranowo, yang dilantik menjadi gubernur, Agustus lalu.
Kepada warga Jawa Tengah, yang memiliki hewan piaraan, agar merawatnya dengan sebaik-baiknya sebagaimana saat mereka hidup di alam bebas. “Jika tidak mampu merawat dengan baik, sebaiknya dilepas saja atau diserahkan ke lembaga konservasi,” tambah Gubernur.
Namun, khusus satwa dilindungi, tidak ada alasan apapun untuk memeliharanya. Menangkar boleh, tetapi harus meminta izin dulu kepada BKSDA Provinsi.

burung langka

Seorang petugas Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Banten, Kementerian Kehutanan memperlihatkan salah satu burung asal Sumatera yang hendak diselundupkan disela-sela penangkapan di rest area tol Serang-Tangerang, Km 68, Kampung Bogeg, Kecamatan Cipocokjaya, Kota Serang, Banten, kemarin (6/11). Puluhan burung dilindungi yang diangkut dengan Bus Laju Prima B 7272 XA tujuan Jakarta itu rencananya akan dibawa ke Pasar Burung Pramuka, Jakarta Pusat. Selain itu, BKSDA juga menyita 2 ton daging celeng yang juga akan diselundupkan ke Jakarta (foto kanan).
SERANG – Petugas BKSDA Banten, Kementerian Kehutanan menggagalkan penyelundupan ratusan ekor burung kategori langka yang dilindungi undangundang, kemarin (6/11). Penangkapan penyelundupan burung itu terjadi di rest area tol Serang-Tangerang Km 68, Kampung Bogeg, Kecamatan Cipocok jaya, Kota Serang, Banten. Diduga ratusan burung langka itu akan dikirim ke Pasar Pramuka, Jakarta untuk diperjualbelikan.
Sayangnya, petugas tidak berhasil menangkap pelaku penyelundupan burung-burung yang dilindungi tersebut. ”Kami mencium penyelundupan ini sejak di Pelabuhan Merak. Ketika bus yang membawa ratusan burung ini memasuki rest area tol Serang-Tangerang Km 68 langsung kami gerebek,” terang Uday Hudaya, anggota polisi hutan BKSDA Banten, Kementerian Kehutanan, kemarin (6/11).
Dia juga mengatakan, sudah melakukan pengintaian penyelundupan burung-burung dilindungi ini jauh-jauh hari. ”Ini informasi beberapa bulan yang lalu. Kita temukan burung tidak dilengkapi SAT-DN (Surat Angkutan Tumbuhan dan Satwa Liar Dalam Negeri, Red).
Pengangkutan burung bisa menyebabkan habitat habis, dan ekosistem hilang. Ini penangkapan ketujuh atau kedelapan sejak Lebaran lalu,” terangnya juga. Diduga kuat burung-burung ini diambil dari Lampung. ”Kita dapat informasi dari sana. Kemudian melakukan pengintaian dari Pelabuhan Merak dan kita tangkap di sini,” cetusnya juga.
Ratusan burung-burung dilindungi itu diangkut menggunakan Bus Laju Prima dengan nomor polisi B 7272 XA. Ratusan burung yang disita itu terdiri dari jenis pentet, cucak ijo, manyar, kepudang, crukcuk, cucak biru, kapas tembak, cucak ranting, cucak jenggot, dan poksay mandarin. Tak hanya itu, kata Uday juga, selain menggagalkan ratusan burung langka di dalam bus yang sama pihaknya juga menemukan daging babi hutan atau celeng seberat 2 ton.
Daging babi yang sudah terbungkus dalam 14 karung besar ini dimasukkan ke dalam bagasi barang bus tujuan Jambi- Jakarta tersebut. ”Menurut pengakuan sopir, daging ini dibawa dari Jambi tujuan Jakarta. Ini operasi kedelapan yang kami lakukan sejak Idul Fitri lalu,” tambahnya.
Daging babi ini, lanjut Uday tidak memiliki izin dan akan dibawa ke Jakarta diduga untuk diperjualbelikan. ”Kita akan musnahkan,” paparnya lagi. Untuk diketahui, siapa saja yang memiliki atau memelihara satwa yang dilindungi diancam hukuman penjara 5 tahun. (bud)